Monday, December 5, 2016

PENILAIAN ALTERNATIF

Tes sering dijadikan sebagai satu-satunya alat pengambil keputusan tentang siswa pada pembelajaran. padahal seluruh hasil belajar tidak dapat dinilai hanya menggunakan tes saja. standar asesmen pembelajaran sains juga telah mengalami pergeseran penekanan dari yang mudah dinilai menjadi yang penting dinilai. penilaian pembelajaran sains kini lebih ditekankan pada pemahaman dan penalaran ilmiah. Tes tradisional (paper dan pencil test) yang hanya menilai pengetahuan ilmiah tidak sesuai lagi dengan tuntutan kurikulum. Suatu penilaian otentik diperlukan untuk menilai kemampuan (ability) siswa dalam situasi nyata (real life situations).

Pembelajaran sains dewasa ini masih kurang memberikan wawasan berpikir dan kurang mengembangkan kemampuan kerja ilmiah. Padahal pembelajaran sains semestinya dapat mengembangkan kemampuan memecahkan masalah-masalah lingkungan dan wawasan berpikir untuk kehidupan masa depan yang baik. Apabila mengacu pada NRC (1996) rendahnya kontribusi pembelajaran sains terhadap kelulushidupan warga negara mungkin disebabkan karena penggunaan asesmen yang tidak tepat sehingga warga negara hanya dipersiapkan untuk menguasai pengetahuan.



Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) maupun kurikulum 2013 memasukkan kerja ilmiah atau kemampuan inkuiri ke dalam ruang lingkup bahan kajian. Kemampuan inkuiri menjasi aspek penting penilaian. Para guru dains dituntut untuk menilai kemampuan kerja ilmiah siswa. Kemampuan inkuiri merupakan suatu ability (interaksi kompleks sejumlah pengetahuan, sikap, dan keterampilan ilmiah). Kemampuan inkuiri adalah pengembangan dan penggunaan higher order thinking (HOTS). Dengan demikian asesmen inkuiri semestinya berbeda dari asesmen tradisional (paper dan pecil test).
Tes tradisional (objective test) tidak dapat digunakan untuk menilai penalaran ilmiah yang mendalam. Tes objektif juga sulit mengukur pemahaman tentang hakekat sains dan proses bagaimana saintis bekerja. Tes objektif tidak dapat mengukur kemampuan HOTS yang dituntut pada pembelajaran sains. Dengan demikian tes objektif kurang sesuai untuk mengukur pencapaian seluruh tujuan penting kurikulums sians di sekolah.
Penggunaan asesmen alternatif di sekolah masih sangat terbatas. Fakta tersebut bersesuaian dengan hasil-hasil penelitian bahwa kesulitan guru dalam melaksanaan asesmen alternatif di sekolah.

Karakteristik penilaian alternatif
  • Penilaian ini didasarkan pada tugas-tugas otentik yang menunjukkan kemampuan peserta didik untuk mencapai tujuan komunikasi
  • Instruktur dan peserta fokus pada komunikasi, bukan pada jawaban yang benar dan yang salah
  • Membantu peserta didik untuk menetapkan kriteria untuk berhasil menyelesaikan tugas komunikasi
  • Peserta didik memiliki kesempatan untuk menilai diri mereka sendiri dan rekan-rekan mereka.
  • Meminta para siswa untuk melakukan, menciptakan atau menghasilkan sesuatu.
  • Mendorong mahasiswa refleksi diri.
  • Mengukur hasil signifikansi.
  • Keran berpikir tingkat tinggi dan keterampilan pemecahan masalah.
  • Menggunakan tugas-tugas yang mewakili kegiatan instruksional bermakna.
  • Memanggil aplikasi dunia nyata.
  • Menggunakan penilaian manusia (bukan mesin) untuk skor.
  • Memerlukan baru peran instruksional dan penilaian untuk guru.
  • Memberikan penilaian diri kesempatan bagi siswa.
  • Menyediakan kesempatan bagi individu maupun kerja kelompok.
  • Mendorong siswa untuk melanjutkan aktivitas belajar di luar ruang lingkup penugasan.
  • Eksplisit mendefinisikan kriteria kinerja.
  • Membuat penilaian sama pentingnya dengan kurikulum dan pengajaran
Jenis-jenis penilaian alternatif
1. penilaian kinerja


       Suatu penilaian yang meminta siswa untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan dan kelakuan kerjanya ke dalam berbagai tugas yang bermakna dan melibatkan siswa sesuai dengan criteria yang diinginkan.
        Penilaian unjuk kerja dikenal juga tes perbuatan/ praktik adalah teknik penilaian yang menuntut siswa menampilkan hasil belajarnya dalam bentuk unjuk kerja seperti: bercerita, berdeklamasi (penghayatan, pelafalan, intonasi, ekspresi), membaca nyaring, berpidato, bermain peran, berbalas pantun, drama teater, dll 
Karakteristik asesmen kinerja yaitu sebagai berikut:
a) Membolehkan peserta didik untuk menunjukkan secara langsung kinerja atau kemampuannya
b) Membutuhkan beberapa prosedur asesmen subjektif (misalnya dengan menggunakan skala rata-rata (rating scales), daftar cek (checklist) atau rubrik (rubrics)
c) Ada kesempatan yang besar untuk mengembangkan asesmen kinerja ini dalam proses pembelajaran


2. penilaian rubrik

3. penilaian fortofolio

Penilaian terhadap sekumpulan karya siswa yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran, digunakan guru dan siswa untuk memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa dalam mata pelajaran tertentu


4. dsb

No comments:

Post a Comment